Banjarmasin - Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilaksanakan, 1-31 Mei, jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Selatan, lebih dari 3,6 juta.
"Petugas sensus masih melakukan penyisiran terhadap warga Kalsel, namun jumlah sementara penduduk Kalsel lebih dari 3,6 juta orang," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kalsel, Bambang Pramono, di Banjarmasin belum lama tadi.
Sedangkan hasil lengkap tentang jumlah penduduk Kalsel dari sensus penduduk tahun 2010, kata Bambang, baru bisa diketahui tahun 2010, namun jumlahnya secara global sudah bisa diketahui akhir Agustus 2010.
Menurut Bambang, jumlah penduduk Kalsel dari hasil sensus penduduk tahun 2010 tersebut terlihat akan kenaikan setiap tahun rata-rata sekitar dua persen.
Dari hasil sementara jumlah penduduk Kalsel secara global bulan Agustus 2010 itu, katanya, pihaknya belum bisa mengetahui rata-rata pendapatan perkapita masyarakat Kalsel.
Namun demikian, katanya, apabila data kependudukan yang telah disajikan secara lengkap 2011 tersebut, maka akan terlihat rata-rata pendapatan per kapita penduduk kalsel.
Dia mengakui, hasil sensus penduduk tahun 2010 oleh petugas BPS secara serentak itu, jelas ada pengaruhnya terhadap indek pembangunan manusia (IPM) Kalsel.
Mengingat dari rincian langkah hasil sensus penduduk itu, lanjutnya, terlihat usia sekolah dari masyarakat Kalsel, termasuk lama pendidikan dan hal itu merupakan salah satu indikator dari penilaian IPM.
Seperti diketahui, IPM Kalsel yang indikatornya pendidikan, kesehatan dan ekonomi itu, sampai tahun 2009 masih berada pada posisi ke-26 dari 33 provinsi di Indonesia, namun dari usia harapan hidup masyarakat setempat terus mengalami peningkatan.
Rabu, 21 Desember 2011
Kamis, 15 Desember 2011
TOKOH Kalimantan Selatan
Tokoh Perang Banjar
- Sultan Adam Alwazik Billah
- Pangeran Antasari
- Pangeran Hidayatullah
- Demang Lehman
- Tumenggung Surapati
- H. Buyasin
- Tumenggung Jalil
- Tumenggung Antaludin
- Pangeran Musa Ardi Kesuma
- Nyai Ratu Komala Sari
- Sultan Muhammad Seman
- Penghulu Rasyid
- Panglima Wangkang
- Panglima Batur
- Ratu Zaleha
- Nanang Sanusi
- Panglima Bukhari
Tokoh Pergerakan Nasional
- Amir Hasan Kyai Bondan
- KH. Muhammad Arif
- Ir. Pangeran M. Noor
- KH. DR. Idham Chalid
- Hadhariyah M
- H. Zafry Zamzam
- Artum Artha
- A.A Hamidhan
- Ahmad Barmawi Thaib
- Siti Masiah
- M. Mawardi
- . Mr. Rusbandi
- Ahmad Zakaria
- Tajuddin Noor Gani
Tokoh Revolusi Fisik
- Brigjen Hassan Basry
- Aberanie Sulaiman
- Pangeran Arya
- Danussaputera
Ulama
- Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
- KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru sekumpul)
- KH. Abdurrahman Sidiq
- KH. Hasan Basri
Tokoh Politikus dan Negarawan
- Midfai Yabani, Walikota Banjarmasin 2003-2004
- Z.A. Maulani, Pangdam Tanjungpura
- H. Ahmad Makkie
- Ir. H. Muhammad Said
- Pangeran Muhammad Ali
- Gusti Barmawi
- Gusti Iskandar Sukma Alamsyah
- Nyai Besar Aminah
- Pangeran Khairul Saleh
Penulis, ilmuwan, budayawan dan lain sebagainya
- Syamsiar Seman
- Yusni Antemas
Artis dan Aktor
- Arul Ifansyah
- Ian Kasela
- Titik Puspa
- Gusti Herhandy Rakhmatullah/Hendy Band Gigi
- Olla Ramlan
Olahragawan
- M. Fahrizal, atlet voly
- Salahuddin, atlet sepak bola
- M. Dedy Setiawan, atlet Sepak bola
Selasa, 13 Desember 2011
Seni Dan Budaya Kalimantan Selatan
Seni Karawitan
- Gamelan Banjar
- Musik Panting (suku Banjar)
- Musik Kangkurung/Kukurung (suku Dayak Bukit)
- Musik Bumbung
- Musik Kintung
- Musik Kangkanong
- Musik Salung
- Musik Suling
- Musik Bambang
- Musik Masukkiri (suku Bugis)
Teater tradisional dan wayang
- Mamanda (teater tradisional suku Banjar)
- Lamut (suku Banjar)
- Madihin (suku Banjar)
- Wayang Kulit Banjar (suku Banjar)
- Wayang Gung (wayang orang suku Banjar)
- Balian(suku Dayak Bukit)
Tarian
Tarian suku Banjar:- Baksa Kambang
- Radap Rahayu
- Kuda Gepang
- Tarian suku Banjar lainnya
- Tari Tandik Balian
- Tari Babangsai (tarian ritual, penari wanita)
- Tari Kanjar (tarian ritual, penari pria)
Lagu
Lagu Daerah suku Banjar antara lain:Rumah Adat
- Rumah Adat Suku Banjar disebut Rumah Bubungan Tinggi
- Rumah Adat Suku Dayak Bukit disebut Balai
Pakaian Adat
Lihat pula: Busana Pengantin Banjar
- Pakaian Pengantin Suku Banjar ada 4 jenis, yaitu:
- Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut
- Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari
- Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan
- Pangantin Babaju Kubaya Panjang
- Pakaian Pemuda-pemudi ada 2 jenis, yaitu:
tempat wisata di Kalimantan Selatan
Banjarmasin
- Komplek Makam Sultan Suriansyah
- Komplek Makam Pangeran Antasari
- Masjid Sultan Suriansyah
- Pasar Terapung Muara Kuin
- Festival Nanang dan Galuh Banjar
- Museum Wasaka
- Kubah Surgi Mufti
- Kubah Basirih
- Makam Ratu Zaleha
Banjarbaru
Banjar
- Mesjid Agung Al Karomah Martapura
- Pusat Penjualan Batu Permata Cahaya Bumi Selamat Martapura
- Pasar Terapung Lok Baintan
- Makam Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary Kelampaian
- Taman Hutan Raya Sultan Adam Mandiangin
- Lembah Kahung
- Rumah Bubungan Tinggi Teluk Selong Ulu di Teluk Selong Ulu, Martapura Barat, Banjar
- Rumah Gajah Baliku Teluk Selong Ulu di Teluk Selong, Martapura, Banjar.
- Rumah Balai Bini Desa Teluk Selong Ulu di desa Teluk Selong Ulu, Martapura, Banjar.
- Rumah Palimbangan Desa Pasayangan di Pasayangan, Martapura, Banjar.
- Makam Datu Ambulung di Martapura, Banjar.
- Masjid Jami Sungai Batang di Martapura, Banjar
- Monumen ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan di Gambut, Banjar
- Makam Sultan Adam di Kelurahan Jawa Martapura, Banjar
- Makam Sultan Inayatullah di Kampung Keraton Martapura, Banjar
- Makam Sultan Sulaiman Saidullah di Desa Lihung, Karang Intan, Banjar
Barito Kuala
- Jembatan Barito
- Jembatan Rumpiang
- Pulau Kembang
- Pulau Kaget
- Makam Haji Japeri
- Makam Panglima Wangkang di Marabahan, Barito Kuala
- Rumah Bulat (Rumah Joglo Desa Penghulu) di desa Penghulu, Marabahan, Barito Kuala
- Rumah Gajah Baliku Desa Penghulu
- Makam Datuk Aminin
Hulu Sungai Selatan
- Loksado (Wisata Alam Pegunungan dan Arung Jeram Balanting Paring (Bamboo Rafting), Balian)
- Masjid Su'ada di Wasah Hilir
- Benteng Gunung Madang di Sei Madang
- Makam Haji Saadudin di Taniran
- Makam Datu Patinggi Mandapai
- Makam Tumpang Talu
- Gedung Musyawaratutthalibin di Simpur
- Rumah Bubungan Tinggi Desa Tibung di Kandangan
- Rumah Bubungan Tinggi Desa Baruh Kambang di Negara, Daha Selatan
- Rumah Bubungan Tinggi Desa Habirau di Daha Selatan
- Rumah Perjuangan di Karang Jawa, Kandangan
- Rumah Perjuangan di Durian Rabung
- Rumah Bersejarah di Simpur
- Monumen 17 Mei di Ni'ih
- Tanuhi (Kolam Renang dan Pemandian Air Panas Alami)
Hulu Sungai Tengah
- Wisata Pagat
- Pemandian Air Panas Hantakan
- Gua Liang Hadangan
- Canting Langit
- Wisata Lok Laga Haruyan
- Masjid Keramat Pelajau
- Makam 23 Pejuang
- Makam Pangeran Kacil
- Makam Tumenggung Jayapati
- Maulid Nabi Muhammad
- Taman Makam Pahlawan Pagat
- Taman Makam Pahlawan Birayang
Hulu Sungai Utara
- Candi Agung Amuntai di Paliwara
- Masjid Jami Sungai Banar
- Masjid Jami Assuhada
- Masjid Basar Pandulangan
Tapin
- Goa Batu Hapu
- Candi Laras di Kecamatan Candi Laras Selatan
- Masjid Al-Mukarromah di Banua Halat Kiri, Tapin
- Makam Datu Sanggul di Tatakan
- Masjid Gadung Keramat
- Rumah Bubungan Tinggi Desa Lawahan
Kotabaru
- Gunung Bamega
- Makam Ratu Intan di Bakau, Pamukan Utara, Kotabaru
- Kompleks Makam Raja-raja Kotabaru di Pulau Laut Utara
Tanah Laut
- Gunung Kayangan
- Pantai Takisung
- Pantai Swarangan
- Pantai Batakan
- Benteng Tabanio
- Makam Keramat Istana
- Makam Datu Ingsat
Tanah Bumbu
Tabalong
- Masjid Pusaka dan Makam Penghulu Rasyid di Banua Lawas
- Makam Gusti Buasan di Tabalong
- Masjid Jami Puain Kanan di Tanta
- Goa Babi di Desa Randu, Muara Uya
- Makam Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari di Kelua
Sabtu, 10 Desember 2011
Sejarah Pemerintahan di Kalimantan Selatan diperkirakan dimulai ketika berdiri Kerajaan Tanjung Puri sekitar abad 5-6 Masehi. Kerajaan ini letaknya cukup strategis yaitu di Kaki Pegunungan Meratus dan di tepi sungai besar sehingga di kemudian hari menjadi bandar yang cukup maju. Kerajaan Tanjung Puri bisa juga disebut Kerajaan Kahuripan, yang cukup dikenal sebagai wadah pertama hibridasi, yaitu percampuran antarsuku dengan segala komponennya. Setelah itu berdiri kerajaan Negara Dipa yang dibangun perantau dari Jawa.
Pada abad ke 14 muncul Kerajaan Negara Daha yang memiliki unsur-unsur Kebudayaan Jawa akibat pendangkalan sungai di wilayah Negara Dipa. Sebuah serangan dari Jawa menghancurkan Kerajaan Dipa ini. Untuk menyelamatkan, dinasti baru pimpinan Maharaja Sari Kaburangan segera naik tahta dan memindahkan pusat pemerintahan ke arah hilir, yaitu ke arah laut di Muhara Rampiau. Negara Dipa terhindar dari kehancuran total, bahkan dapat menata diri menjadi besar dengan nama Negara Daha dengan raja sebagai pemimpin utama. Negara Daha pada akhirnya mengalami kemunduran dengan munculnya perebutan kekuasaan yang berlangsung sejak Pangeran Samudra mengangkat senjata dari arah muara, selain juga mendirikan rumah bagi para patih yang berada di muara tersebut.
Pemimpin utama para patih bernama MASIH. Sementara tempat tinggal para MASIH dinamakan BANDARMASIH. Raden Samudra mendirikan istana di tepi sungai Kuwin untuk para patih MASIH tersebut. Kota ini kelak dinamakan BANJARMASIN, yaitu yang berasal dari kata BANDARMASIH.
Kerajaan Banjarmasin berkembang menjadi kerajaan maritim utama sampai akhir abad 18. Sejarah berubah ketika Belanda menghancurkan keraton Banjar tahun 1612 oleh para raja Banjarmasin saat itu panembahan Marhum, pusat kerajaan dipindah ke Kayu Tangi, yang sekarang dikenal dengan kota Martapura.
Awal abad 19, Inggris mulai melirik Kalimantan setelah mengusir Belanda tahun 1809. Dua tahun kemudian menempatkan residen untuk Banjarmasin yaitu Alexander Hare. Namun kekuasaanya tidak lama, karena Belanda kembali.
Babak baru sejarah Kalimantan Selatan dimulai dengan bangkitnya rakyat melawan Belanda. Pangeran Antasari tampil sebagai pemimpin rakyat yang gagah berani. Ia wafat pada 11 Oktober 1862, kemudian anak cucunya membentuk PEGUSTIAN sebagai lanjutan Kerajaan Banjarmasin, yang akhirnya dihapuskan tentara Belanda Melayu Marsose, sedangkan Sultan Muhammad Seman yang menjadi pemimpinnya gugur dalam pertempuran. Sejak itu Kalimantan Selatan dikuasai sepenuhnya oleh Belanda.
Daerah ini dibagi menjadi sejumlah afdeling, yaitu Banjarmasin, Amuntai dan Martapura. Selanjutnya berdasarkan pembagian organik dari Indisch Staatsblad tahun 1913, Kalimantan Selatan dibagi menjadi dua afdeling, yaitu Banjarmasin dan Hulu Sungai. Tahun 1938 juga dibentuk Gouverment Borneo dengan ibukota Banjarmasin dan Gubernur Pertama dr. Haga.
Setelah Indonesia merdeka, Kalimantan dijadikan propinsi tersendiri dengan Gubernur Ir. Pangeran Muhammad Noor. Sejarah pemerintahan di Kalimanatn Selatan juga diwarnai dengan terbentuknya organisasi Angkatan Laut Republik Indonesia ( ALRI ) Divisi IV di Mojokerto, Jawa Timur yang mempersatukan kekuatan dan pejuang asal Kalimantan yang berada di Jawa.
Dengan ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati menyebabkan Kalimantan terpisah dari Republik Indonesia. Dalam keadaan ini pemimpin ALRI IV mengambil langkah untuk kedaulatan Kalimantan sebagai bagian wilayah Indonesia, melalui suatu proklamasi yang ditandatangani oleh Gubernur ALRI Hasan Basry di Kandangan 17 Mei 1949 yang isinya menyatakan bahwa rakyat Indonesia di Kalimantan Selatan memaklumkan berdirinya pemerintahan Gubernur tentara ALRI yang melingkupi seluruh wilayah Kalimantan Selatan. Wilayah itu dinyatakan sebagai bagian dari wilayah RI sesuai Proklamasi kemerdekaaan 17 agustus 1945. Upaya yang dilakukan dianggap sebagai upaya tandingan atas dibentuknya Dewan Banjar oleh Belanda.
Menyusul kembalinya Indonesia ke bentuk negara kesatuan kehidupan pemerintahan di daerah juga mengalamai penataaan. Di wilayah Kalimantan, penataan antara lain berupa pemecahan daerah Kalimantan menjadi 3 propinsi masing-masing Kalimantan Barat, Timur dan Selatan yang dituangkan dalam UU No.25 Tahun 1956.
Berdasarkan UU No.21 Tahun 1957, sebagian besar daerah sebelah barat dan utara wilayah Kalimantan Selatan dijadikan Propinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan UU No.27 Tahun 1959 memisahkan bagian utara dari daerah Kabupaten Kotabaru dan memasukkan wilayah itu ke dalam kekuasaan Propinsi Kalimantan Timur. Sejak saat itu Propinsi Kalimantan Selatan tidak lagi mengalami perubahan wilayah, dan tetap seperti adanya. Adapun UU No.25 Tahun 1956 yang merupakan dasar pembentukan Propinsi Kalimantan Selatan kemudian diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 1957 dan UU No.27 Tahun 1959.
Ciri Khas dari Kalimantan Selatan
-Rumah banjar terbagi atas beberapa bagian :
Bangunan Rumah Adat Banjar diperkirakan telah ada sejak abad ke-16, yaitu ketika daerah Banjar di bawah kekuasaan Pangeran Samudera yang kemudian memeluk agama Islam, dan mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah dengan gelar Panembahan Batu Habang.
Sebelum memeluk agama Islam Sultan Suriansyah tersebut menganut agama Hindu. Ia memimpin Kerajaan Banjar pada tahun 1596–1620.
Pada mulanya bangunan rumah adat Banjar ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang ke depan.
Namun perkembangannya kemudian bentuk segi empat panjang tersebut mendapat tambahan di samping kiri dan kanan bangunan dan agak ke belakang ditambah dengan sebuah ruangan yang berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut disumbi.
Bangunan tambahan di samping kiri dan kanan ini tamapak menempel (dalam bahasa Banjar: Pisang Sasikat) dan menganjung keluar.
Bangunan tambahan di kiri dan kanan tersebut disebut juga anjung; sehingga kemudian bangunan rumah adat Banjar lebih populer dengan nama Rumah Ba-anjung.
Sekitar tahun 1850 bangunan-bangunan perumahan di lingkungan keraton Banjar, terutama di lingkungan keraton Martapura dilengkapi dengan berbagai bentuk bangunan lain.
Namun Rumah Ba-anjung adalah bangunan induk yang utama karena rumah tersebut merupakan istana tempat tinggal Sultan.
Bangunan-bangunan lain yang menyertai bangunan rumah ba-anjung tersebut ialah yang disebut dengan Palimasan sebagai tempat penyimpanan harta kekayaan kesultanan berupa emas dan perak.
Balai Laki adalah tempat tinggal para menteri kesultanan, Balai Bini tempat tinggal para inang pengasuh, Gajah Manyusu tempat tinggal keluarga terdekat kesultanan yaitu para Gusti-Gusti dan Anang.
Selain bangunan-bangunan tersebut masih dijumpai lagi bangunan-bangunan yang disebut dengan Gajah Baliku, Palembangan, dan Balai Seba.
Pada perkembangan selanjutnya, semakin banyak bangunan-bangunan perumahan yang didirikan baik di sekitar kesultanan maupun di daerah-daerah lainnya yang meniru bentuk bangunan rumah ba-anjung.
Sehingga pada akhirnya bentuk rumah ba-anjung bukan lagi hanya merupakan bentuk bangunan yang merupakan ciri khas kesultanan (keraton), tetapi telah menjadi ciri khas bangunan rumah penduduk daerah Banjar.
-Lagu Banjar
Lagu Banjar adalah lagu-lagu berbahasa Banjar. Menurut seniman/ pencipta lagu-lagu Banjar yaitu H. Anang Ardiansyah (72 tahun) dilihat daerah perkembangannya lagu-lagu (pantun) berirama khas Banjar di Kalimantan Selatan terbagi menjadi 3 yaitu pantun yang berkembang di tepian sungai, pantun yang berkembang di daratan dan pantun yang berkembang di pesisir pantai.
Jenis-jenis pantun (lagu) tersebut antara lain :
Sebagai pungkala (patron) dalam mengambil penciptaan jenis lagu Banjar dari 3 macam irama (cengkok):
-SasiranganCiri Khas dari Kalimantan Selatan
-Rumah banjar terbagi atas beberapa bagian :
- Rumah Bubungan Tinggi
- Rumah Gajah Baliku
- Rumah Gajah Manyusu
- Rumah Balai Laki
- Rumah Balai Bini
- Rumah Palimbangan
- Rumah Palimasan (Rumah Gajah
- Rumah Cacak Burung/Rumah Anjung Surung
- Rumah Tadah Alas
- Rumah Lanting
- Rumah Joglo Gudang
- Rumah Bangun Gudang
Sejarah dan Perkembangan Rumah Adat Banjar
Rumah adat Banjar, biasa disebut juga dengan Rumah Bubungan Tinggi karena bentuk pada bagian atapnya yang begitu lancip dengan sudut 45ยบ.Bangunan Rumah Adat Banjar diperkirakan telah ada sejak abad ke-16, yaitu ketika daerah Banjar di bawah kekuasaan Pangeran Samudera yang kemudian memeluk agama Islam, dan mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah dengan gelar Panembahan Batu Habang.
Sebelum memeluk agama Islam Sultan Suriansyah tersebut menganut agama Hindu. Ia memimpin Kerajaan Banjar pada tahun 1596–1620.
Pada mulanya bangunan rumah adat Banjar ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang ke depan.
Namun perkembangannya kemudian bentuk segi empat panjang tersebut mendapat tambahan di samping kiri dan kanan bangunan dan agak ke belakang ditambah dengan sebuah ruangan yang berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut disumbi.
Bangunan tambahan di samping kiri dan kanan ini tamapak menempel (dalam bahasa Banjar: Pisang Sasikat) dan menganjung keluar.
Bangunan tambahan di kiri dan kanan tersebut disebut juga anjung; sehingga kemudian bangunan rumah adat Banjar lebih populer dengan nama Rumah Ba-anjung.
Sekitar tahun 1850 bangunan-bangunan perumahan di lingkungan keraton Banjar, terutama di lingkungan keraton Martapura dilengkapi dengan berbagai bentuk bangunan lain.
Namun Rumah Ba-anjung adalah bangunan induk yang utama karena rumah tersebut merupakan istana tempat tinggal Sultan.
Bangunan-bangunan lain yang menyertai bangunan rumah ba-anjung tersebut ialah yang disebut dengan Palimasan sebagai tempat penyimpanan harta kekayaan kesultanan berupa emas dan perak.
Balai Laki adalah tempat tinggal para menteri kesultanan, Balai Bini tempat tinggal para inang pengasuh, Gajah Manyusu tempat tinggal keluarga terdekat kesultanan yaitu para Gusti-Gusti dan Anang.
Selain bangunan-bangunan tersebut masih dijumpai lagi bangunan-bangunan yang disebut dengan Gajah Baliku, Palembangan, dan Balai Seba.
Pada perkembangan selanjutnya, semakin banyak bangunan-bangunan perumahan yang didirikan baik di sekitar kesultanan maupun di daerah-daerah lainnya yang meniru bentuk bangunan rumah ba-anjung.
Sehingga pada akhirnya bentuk rumah ba-anjung bukan lagi hanya merupakan bentuk bangunan yang merupakan ciri khas kesultanan (keraton), tetapi telah menjadi ciri khas bangunan rumah penduduk daerah Banjar.
-Lagu Banjar
Lagu Banjar adalah lagu-lagu berbahasa Banjar. Menurut seniman/ pencipta lagu-lagu Banjar yaitu H. Anang Ardiansyah (72 tahun) dilihat daerah perkembangannya lagu-lagu (pantun) berirama khas Banjar di Kalimantan Selatan terbagi menjadi 3 yaitu pantun yang berkembang di tepian sungai, pantun yang berkembang di daratan dan pantun yang berkembang di pesisir pantai.
Jenis-jenis pantun (lagu) tersebut antara lain :
- Lagu (Pantun) Rantauan yaitu lagu-lagu yang berkembang di sepanjang tepian sungai khususnya di daerah Banjar Kuala. Ciri-ciri lagu ini beralun-alun dan bergelombang-gelombang seperti gelombang sungai dan seperti orang yang meratapi nasib. Perbedaan lagu Rantauan dengan lagu Pasisiran, misalnya pada lagu Rantauan mangancang meratapi nasib (melengking tinggi sambil meratapi nasib), sedangkan lagu Pasisiran mangancang tapi ba-arti (melengking tinggi memiliki tujuan tertentu)
- Lagu (Pantun) Pandahan yaitu lagu-lagu Japin yang berasal dari Hulu Sungai (Banjar Hulu) yaitu dari Kota Rantau sampai Tanjung. Lagu ini disebut juga Lagu Tirik, karena dinyanyikan ketika urang ma-irik banih (orang yang sedang memisahkan bulir-bulir padi dengan tangkainya dengan cara diinjak-injak ketika panen). Lagu ini dinyanyikan sambil baturai (bersahut-sahutan, berbalas), dimana kata akhir sebuah bait dipakai lagi menjadi awal bait yang selanjutnya, contohnya lagu Paris Barantai ciptaan H. Anang Ardiansyah.
- Lagu (Pantun) Pasisiran yaitu lagu yang berkembang di daerah pesisiran Kota Baru (Sigam), yang dinyanyikan melengking-lengking dengan nada tinggi (karena ada sedikit pengaruh Bugis). Contohnya, lagu Japin Sigam yang mengiringi tari Japin Sigam. Lagu yang bernuansa pasisiran lainnya yaitu lagu Intan Marikit ciptaan Agit Kursani.
Sebagai pungkala (patron) dalam mengambil penciptaan jenis lagu Banjar dari 3 macam irama (cengkok):
- Dundam yaitu lagu-lagu yang agak sedih, seperti orang manggarunum (bergumam) tetapi dinyanyikan, misalnya menyanyikan lagu ketika mengayun anak dalam ayunan (menidurkan). Jenis ini juga dipakai sebagai nyanyian yang bercerita sejarah seperti kisah Putri Junjung Buih yang menyayat hati. Contoh irama dundam adalah lagu Tatangis ciptaan Hamiedan AC.
- Madihin yaitu lagu-lagu pada kesenian madihin. Contoh lagu irama madihin adalah lagu Dayuhan wan Intingan ciptaan H. Anang Ardiansyah
- Lamut yaitu lagu-lagu pada kesenian ba-lamut.
Sasirangan merupakan kain ciri khas dari KALIMANTAN SELATAN dimana tidak ada di daerah manapun baik di Indonesia ataupun di Luar Negeri . Untuk itulah sebagai generasi muda kita haruslah menjaga kelestariannnya jangan sampai di ambil HAK PATENnya oleh Negara lain apalagi sampai PUNAH
Motif yang telah dibuat bermacam-macam seperti terlihat pada gambar hanyalah sebagian kecil
motif-motif dari kain sasirangan
Langganan:
Postingan (Atom)